AIDC BLOG

Monday, April 13, 2009



Tak perlu menunggu lebih lama, sampai empat tahun untuk membuktikan Hillary Rodham Clinton, tidak lebih hanyalah ‘copy paste’ dari Condoleeza Rice. Tak akan ada apa-apa perubahan dasar luar, yang akan dilakukan Setiausaha Negara AS, Hillary Clinton. Hillary ini sama dengan Condoleeza Rice, Setiausaha Negara AS pada zaman Presiden Bush. Tak ada perbezaan antara Setiausaha Negara AS dari Republik dan Demokrat. Keduanya, mempunyai pandangan yang sama, kerana siapapun yang berada di Gedung Putih, pasti akan mengabdi kepada Israel.

Bandingkan, selama pemerintahan Presiden George Walker Bush dengan visinya terhadap solusi konflik di Palestin, berbentuk dua negara ’Palestin-Israel’ yang akan hidup berdampingan secara damai, akhirnya hanya sebuah utopia sahaja.

Dan, selama pemerintahan Presiden Bush, Condoleeza Rice, tak kurang dari 24 kali melakukan kunjungan ke Jerusalem dan Ramallah, dua wilayah yang sekarang ini, diduduki atau dijajah Israel.

Kunjungan itu tak dapat merealisasikan apapun yang menjadi visi Presiden Bush, sampai ke akhir pemerintahannya .

Pada akhirnya, cerita yang pernah dibuat Bush tentang visinya, menciptakan dua negara “Palestin dan Israel’, yang hidup berdampingan secara damai, tak lain adalah pembohongan besar.

Hakikatnya AS, tak memiliki kekuatan yang dapat memaksa Israel, melaksanakan visi dari pemerintahan Presiden Bush, dan semuanya itu hanyalah sia-sia, dan membazir masa, sehingga berganti presiden berikutnya.

Kemudian, pada masa pemerintahan berikutnya, tentu akan diulang kembali ‘cerita’ yang mirip sebuah khayalan, dan memperbodohkan rakyat Arab, sehingga seluruh tanah Palestin diduduki dan dikuasai Israel.

Dan, pembohongan itu diulangi sekali lagi oleh mantan Senator dari New York, Hillary Clinton, yang menjual ‘dagangan’ tentang dua negara ‘Palestin-Israel’ tetapi di kalangan para pemimpin dan rakyat Israel, gagasan itu sudah ditolak dan dianggap telah mati.

Bagi para pemimpin Israel, yang sekarang ini dikuasai parti-parti sayap kanan, visi dua negara ‘Palestin-Israel’, sudah tidak termasuk dalam kamus politik.

Kemenangan kelompok sayap kanan adalah fakta jelas menolak segala bentuk rundingan dengan berbagai-bagai kelompok di Palestin. Dan, selama ini Washington selalu tunduk dengan regim Zionis-Israel, tak pernah iktiraf aspirasi rakyat Palestin.


Ketika regim Zionis-Israel melakukan agresif ketenteraan di Gaza, tak ada seorang pun dari para pemimpin AS yang memberikan kritikan. Presiden Bush yang menjelang akhir kekuasaannya, turut mendukung serangan ketenteraan Israel ke Gaza itu, dan Obama, hanya menyatakan memahami serangan Israel ke Gaza, bertujuan untuk menghalang serangan roket Hamas ke wilayah Israel - Sderot.

Zionis-Israel telah membunuh ribuan rakyat Palestin, dah menghancurkan segala harta benda di wilayah itu, kemudian AS dan masyarakat internasional sibuk membela Israel, di samping memujuk dunia Arab dan rakyat Palestin, dengan gula-gula bantuan. Sesudah itu, segala cerita kesengsaraan dan serangan kejam dianggap selesai.

Sekarang ini, ketika pemerintah Israel melakukan pengusiran terhadap ribuan penduduk Arab yang tinggal di Jerusalem, tak ada kritikan yang dibuat pemerintah AS.

Zionis-Israel semakin merancakkan pembangunan penempatan baru di wilayah Tepi Barat dan Jerusalem yang sebelum ini penduduknya telah diusir oleh Israel.

Jika AS serius dan mempunyai komitmen mendukung idea dua negara, sudah tentu pemerintahan Obama tidak akan membiarkan regim Zionis-Israel membangun penempatan baru di wilayah Tepi Barat dan Jerusalem.

Tetapi, faktanya pemerintah Amerika terus mendorong perluasan pembangunan penempatan Yahudi di wilayah itu. Ketika melakukan kunjungan ke Jerusalem, Hillary bertemu dengan beberapa tokoh politik, termasuk calon Perdana Menteri Israel yang baru, Benyamin Netanyahu, dan pada saat itu, dengan nada yang tegas Hillary berkata, AS akan tetap melindungi keamanan Israel.

Apakah AS dan Obama masih dapat berfikir jernih dan objektif, khususnya tentang Palestin? AS sangat serius memperhatikan keamanan Israel, akibat serangan roket Hamas, yang dibuat dari besi ‘rongsokan’, yang tidak mempunyai apa-apa kesan, sementara itu senjata yang dikirim AS kepada Israel, berupa pesawat F.16 dan helikopter Apache, serta senjata pembunuh massal lainnya, digunakan untuk membunuh ribuan rakyat awam Palestin, sama sekali tidak mendapatkan perhatian dari Obama.

Lebih dari 1300 yang mati dan 6000 rakyat Palestin yang luka, serta ribuan bangunan telah hancur, tetapi sama sekali tidak mendapat apa-apa perhatian. Inikah pemerintahan AS yang beradab dan penganut demokrasi?




Jadi, pemeritahan AS, di bawah Obama dan Hillary sebagai operatornya dalam dasar luar Amerika, menunjukkan langkah-langkah yang nampak lebih jelas, mahu menjadikan Gaza sebagai ‘kem konsentrasi’, seperti yang pernah dibuat pada zaman Nazi terhadap orang Yahudi dahulu.

Sekarang korbannya adalah orang-orang Palestin, dan yang menjadi tukang ‘sembelih’nya adalah Israel dan AS.

Tidak mungkin AS akan memperbaiki nasib orang Islam di Palestin, semua itu hanyalah pembohongan besar.

Lihatlah, Knesset (Parlimen) Israel telah dikuasai oleh majoriti orang fasist tulen, dari Parti Likud dan Yisrael Beitenu, yang sangat rasialis dan anti-Arab. Dan, pemimpin baru Israel, selalu mengatakan tidak akan wujud negara Palestin yang berdaulat.




Dan Hillary Clinton selalu mengatakan akan bekerjasama dengan pemerintah Israel baru. Ertinya, tidak perlu bermimpi dengan retorik Hillary tentang cerita dua negara ‘Palestin-Israel’, kerana tidak akan menjadi kenyataan, selagi rejim Zionis-Israel masih bercokoh di tanah Palestin.


AIDC menterjemah artikel swaramuslim.net. Artikel asal klik di sini




0 comments: